25 September 2018

Sekali Lagi Lion Air Group Rusakkan Bagasi Penumpang

Ada foto koper warna kuning yang rusak di salah satu whatsapp group. Tulisannya: “Prilaku Wings Air di Bandara Bali, koper gress baru hancur berantakan, padahal sdh ada stiker Fragile”.
Tentu saja foto itu ada yang menanggapi. Dialognya begini: “Kok bisa bolong begitu ya.” .. “Kayaknya dilempar Uda.”… “Waduh…nggak Baca atau nggak ngerti “fragile” doi bin..”
Itu benar-benar tulisan aslinya. Koper rusak itu milik seorang wartawan yang terbang dengan Wings Air dan mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Betul kalau untuk penanganan bagasi penumpang yang bertanggung jawab adalah maskapai penerbangan yang mengangkutnya. Makanya tudingan “yang merusakkan” koper itu pun dialamatkan pada Wings Air.

Inilah Nasib Terbaru Pesawat N219 yang oleh Presiden Joko Widodo Dikasih Nama NURTANIO

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendukung penggunaan pesawat N219 Nurtanio dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai sarana transportasi untuk menjangkau daerah terpencil. Dia pun meminta pemerintah daerah menggunakannya dan pengguna produk aviasi bekerja sama dengan industri penerbangan Indonesia.
Menhub mengatakan hal tersebut dalam acara International Seminar On Aerospace Science And Technologi (ISAST) VI-2018 di Jakarta, Selasa (25/9/2018). ISAST keeenam bertema “Aeronautics and Space Technology Research and Industrial Development” ini sebagai ajang pertukaran informasi mutakhir serta mencari peluang kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dan industri strategis yang ada di Indonesia dan dunia.
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro menyambut dukungan Menhub tersebut karena dari riset pasar yang sudah dilakukannya, pasar N219 Nurtanio untuk domestik itu 230 unit. Peminat yang sudah menyatakannya dalam letter of intend sekitar 165 unit.
Sampai mana produk pesawat hasil desain PTDI bersama Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) tersebut? Masih proses sertifkasi tipe pesawat dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Targetnya, tahun 2019 mendapat sertifikasi dan diproduksi.
Program Manager N219 Nurtanio Palmana Banandhi menjelaskan, pesawat 19 kursi ini sekarang sudah mengantongi 40 jam terbang, sejak mulai terbang pada 16 Agustus 2017. Kapan bisa mengantongi kurang lebih 300 jam terbang untuk memperoleh sertifikasi? Pada Oktober 2018, pesawat prototipe kedua diharapkan mulai mendampingi prototipe pertama dalam mengumpulkan jam terbang. Apakah kemudian target untuk mendapatkan sertifikasi tahun 2019 tercapai?